Merdeka....Merdeka...Merdeka ataoe mati!!!.
Itulah kalimat yang selalu digembor-gemborkan dan menjadi pedoman para pahlawan kita saat itu. Jika kita kembali mengenang masa kelam Indonesia mari kita lihat Indonesia dahulu kala pernah dijajah oleh negara mana saja. Indonesia pernah dijajah 6 negara, negara yang pertama adalah Portugis dimana portugis menjajah Indonesia 86 tahun. Tahun 1509-1595 Portugis datang ke Maluku dan melakukan praktik monopoli tidak sehat terhadap rempah-rempah. Spanyol pun pernah memasuki wilayah Nusantara dan menguasai rempah-rempah di Nusantara pada saat ini. Belanda, negara ini menjajah Indonesia paling lama karena mencapai 346 tahun dan mampu menguasai pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Kita pasti sudah tak asing lagi dengan dengan istilah VOC, cultuur stelsel, afdeeling, inlander, dan istilah Pribumi-Nusantara. Penjajah selanjutnya adalah Perancis, Inggris, dan terakhir Jepang dimana kita semua mengenal istilah “Romusha”.
Masa-masa kelam itu akan terus terjadi sampai saat ini jika tidak ada pergerakan, perlawanan, serta gagasan pemikiran dari tokoh-tokoh pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat itu para pahlawan yang berasal dari berbagai daerah, berbagai suku, agama, tua-muda, laki-laki-perempuan serta merta berjuang untuk Indonesia. Martha Christina dan RA Kartini adalah pahlawan perempuan yang berjuang sesuai bidang masing-masing. Martha Christina terjun ke medan pertempuran dalam perang Pattimura 1817 sedangkan RA Kartini berjuang untuk mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak perempuan agar dapat meraih cita-citanya. Ada pahlawan yang fokus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sampai tak pernah menikah seperti Tan Malaka, ada Soedirman yang berjuang dan bergerilya walaupun sedang menderita penyakit paru-paru parah, ada Hasyim Asyari yang dikenal sebagai intelektual berjuang dengan gagasan-gagasannya, ada Soekarno yang berjuang dengan mengandalkan kepemimpinannya. Semua berjuang untuk 1 tujuan yaitu kemerdekaan.
10 November 2020, hari ini, menit ini, detik ini kita tidak sedang mengisi amunisi, berada di tenda pengungsian atau bahkan sedang dibunuh penjajah. Saat ini kita sedang melakukan aktivitas kita secara normal tanpa perlu melengkapi diri dengan senjata api. Ya, hari ini adalah peringatan Hari Pahlawan. Hari ini mari kita merefleksikan diri kita masing-masing
"Apakah saya sudah berguna bagi bangsa dan negara?"
“Apa yang sebenarnya saya lakukan?”
“Apakah saya sudah meneruskan perjuangan para pahlawan?”
“Apakah saya sudah memiliki sikap seperti para pahlawan?
Ya setelah mereflesikan itu semua mari kita segera bergegas melanjutkan perjuangkan kita jika dirasa sudah baik, jika kurang baik mari kita memperbaiki diri kita.
Para pahlawan menginginkan Indonesia dari Sabang sampai Merauke bersatu demi kemajuan Indonesia di masa depan. Jadi apa yang perlu kita lakukan?
Banyak hal yang bisa kita lakukan salah satunya adalah menjunjung nilai-nilai bangsa dan memperkokoh persatuan dan kesatuan antar warga negara. Sikap toleransi adalah pedang serta tombak utama yang bisa kita pegang dan asah saat ini. Maraknya intoleransi didasari dengan kesalahan persepsi dan pengiringan opini oleh media yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu kita para generasi muda maupun generasi tua harus bisa open minded dan lebih critical thinking jika menghadapi sesuatu. Jika kita mendapatkan sebuah berita alangkah baiknya kita bersikap skeptis dan berusaha mencari serta mengecek kebenarannya bisa dengan membaca media lain ataupun mencari tahu keabsahan foto yang terlampir.
Seperti yang saya katakan toleransi adalah pedang serta tombak utama yang bisa kita pegang saat ini. Mengapa demikian? Karena jika semua warga negara Indonesia bisa bersatu dan tidak meributkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita ributkan, kita bisa fokus pada hal lain seperti pada pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, penemuan sains, dan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Sudah sewajarnya kita saat ini berfokus pada SDGs yang digadang-gadang akan tercapai di tahun 2030.
Jika semua orang terpenuhi rasa aman, nyaman dan bisa saling menghargai antarsesama dan tidak mempermasalah perihal agama oranglain kita mampu fokus pada Sustainable Development Goals yaitu kita mampu :
- Mengakhiri kemisikian dalam segala bentuk di manapun.
- Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan mendukung pertanian berkelanjutan.
- Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia
- Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
- Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.
- Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua.
- Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua.
- Mendukung pertumbuhn ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua.
- Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi.
- Mengurangi ketimpangan didalam dan antar negara.
- Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
- Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
- Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
- Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan.
- Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggunaan), dan menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambar hilangnya keanekaragaman hayati.
- Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif disemua level.
- Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembagunan yang berkelanjutan.
(Sumber : https://www.sdg2030indonesia.org)
Jadi di Hari Pahlawan ini mari kita perkuat persatuan kita, bekerja keras, disiplin serta berjuang di bidang-bidang masing-masing untuk membangun Indonesia berjaya.
tulisan ini diikutkan dalam seleksi calon Duta Damai Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar